Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah kesejahteraan masyarakat. Setiap program pemerintah dirancang untuk memperbaiki kualitas hidup penduduk Indonesia. Hingga tahun 2025, Badan Pusat Statistik mencatat masih terdapat 23,8 juta jiwa yang masih hidup dalam kemiskinan. Lebih dari separuh penduduk miskin tersebut tinggal di Pulau Jawa.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka kemiskinan Indonesia. Tercatat, 8,47 persen penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, turun dibanding September 2024 (8,57%). Bali menjadi provinsi dengan persentase penduduk miskin paling rendah. Hanya 3,72 persen penduduk di Bali yang hidup dalam belenggu kemiskinan. Lalu, mana provinsi yang paling miskin?
- 1. Seluruh Provinsi di Pulau Papua Masih Miskin
Lima provinsi dengan persentase kemiskinan paling tinggi ada di Papua. Provinsi Papua Pegunungan, yang baru saja dibentuk tahun 2023 yang lalu, menjadi provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi. Tercatat 30,03 persen penduduk di Papua Pegunungan dikategorikan sebagai orang miskin. Empat provinsi lainnya memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi. Provinsi Papua Barat Daya menjadi provinsi di Pulau Papua dengan angka kemiskinan paling kecil (17,95%).
Kondisi kemiskinan yang tinggi di Pulau Papua seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat. Terlebih, pemberontakan yang ada di Papua salah satunya dipicu oleh ketidakadilan dalam pembangunan. Pemekaran provinsi diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat di Pulau Papua. Jangan sampai, pemekaran provinsi hanya menambah jabatan saja, tapi tak berdampak kepada masyarakat lokal.
- 2. Aceh Menjadi Yang Paling Miskin di Sumatra
Provinsi yang bertetangga dengan India ini menjadi yang paling miskin di Sumatra. Tercatat 12,33 persen penduduk Serambi Mekah dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Faktor utama penyebabnya meliputi rendahnya produktivitas ekonommi, terbatasnya lapangan kerja, kasus korupsi, serta ketimpangan sosial yang tinggi.
Ironisnya, Aceh memiliki kekayaan alam yang luar biasa, termasuk cadangan gas alam yang diperkirakan sebagai salah satu yang terbesar di dunia, serta minyak bumi dan hutan di sepanjang Bukit Barisan. Kekayaan ini belum sepenuhnya mampu mengatasi kemiskinan.
Aceh sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki status daerah istimewa dengan otonomi khusus, menjadikannya memiliki kewenangan luas untuk mengelola pemerintahan dan sumber daya, termasuk transfer dana khusus dari pemerintah pusat. Akan tetapi, alokasi dana ini belum sepenuhnya efektif mengurangi kemiskinan.
- 3. DI Yogyakarta Menyajikan Paradoks
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang kaya akan budaya, sejarah, dan menjadi salah satu tujuan pariwisata lokal. Akan tetapi, secara mengejutkan memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa. Sebanyak 10,23 persen penduduk DIY masih hidup dalam belenggu kemiskinan (rilis BPS per Maret 2025). Angka ini turun dari 10,40 persen pada September 2024.
Meski berstatus paling miskin di Pulau Jawa, DIY memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi kedua di Indonesia (hanya kalah dari DKI Jakarta). Kondisi ini menunjukkan kontradiksi, dimana tingkat IPM yang tinggi tidak sepenuhnya membuat tingkat kemiskinan menjadi rendah.
Yogyakarta menyajikan paradoks menarik: provinsi dengan budaya kaya, IPM tinggi tetapi miliki kemiskinan tertinggi di Jawa. Gaya hidup frugal living, rendahnya upah minimum, dan pembangunan pariwisata yang tidak inklusif menjadi faktor utama. Meski demikian, capaian seperti angka harapan hidup tinggi menunjukkan bahwa kemiskinan di DIY tidak sepenuhnya mencerminkan keterbelakangan, melainkan pola konsumsi yang unik. Pemerintah daerah perlu lebih fokus dalam pemerataan dampak pariwisata, menaikkan upah minimum, dan pembangunan yang berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat.
- 4. Jawa Timur Jadi 'Sarang' Orang Miskin
Jawa Timur mencatatkan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia, yaitu 3,875 juta jiwa pada Maret 2025, atau sekitar 16,28% dari total penduduk miskin nasional (23,8 juta jiwa). Persentase kemiskinannya sebesar 9,50%, menjadikannya provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa.
Meskipun menjadi 'sarang' bagi orang miskin, Jawa Timur mencatatkan penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 2,68 persen dari September 2024 ke Maret 2025, dari 3,982 juta jiwa menjadi 3,875 juta jiwa. Ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, didukung oleh pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 sebesar 5,23 persen (year-on-year).
- 5. Gorontalo Jadi Yang Paling Miskin di Sulawesi
Menurut data BPS per Maret 2025, Gorontalo memiliki angka kemiskinan sebesar 13,24 persen, menjadikannya provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Pulau Sulawesi. Status Gorontalo sebagai 'provinsi termiskin' di Pulau Sulawesi sudah disandang beberapa tahun terakhir.
Gorontalo kaya akan sumber daya alam, terutama pertanian (jagung, kelapa), perikanan, dan pariwisata seperti Pulau Saronde di Laut Sulawesi. Namun, manfaat ekonomi dari sektor ini belum merata. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada 2024 hanya 4,13%, terendah di Sulawesi, dibandingkan Sulawesi Tengah (9,89%) atau Sulawesi Tenggara (5,40%). Hal ini menunjukkan tantangan dalam mengelola sumber daya untuk mengentaskan kemiskinan.