Seorang pemuda bertato di Kecamatan Kembayan, Kab. Sanggau berusaha meminta uang kepada supir bis jurusan Entikong-Singkawang. Pemuda tersebut tersinggung karena hanya diberikan dua batang rokok oleh kondektur bis. Pemuda tersebut beranggapan bahwa dia dan teman-temannya telah membantu menuntun bis tersebut menerjang banjir.
Beberapa waktu yang lalu, sempat viral surat permintaan dana sebuah ormas kepada pengusaha pada saat akan pergantian tahun. Tak hanya pada saat pergantian tahun, beberapa ormas juga mengirimkan surat permohonan dana hari raya kepada para pengusaha. Tujuannya tentu saja mendapatkan uang dengan dalih telah menjaga keamanan usaha para pemilik usaha tersebut.
Para pengusaha beberapa kali melaporkan permasalahan tersebut kepada pihak berwajib. Akan tetapi, pihak berwajib seakan tak menanggapi hal tersebut. Tak ada tindak lanjut terhadap tindakan ormas yang meresahkan ini. Padahal, pungli yang dilakukan para ormas dapat menghambat perkembangan dunia usaha.
Keberadaan pungli membuat para pengusaha harus memutar otak dalam mengatur pengeluaran mereka. Selain membayar pajak resmi kepada pemerintah, pengusaha ini juga harus memikirkan membayar 'pajak' tambahan kepada ormas-ormas ini. Tentu ini akan menurunkan margin keuntungan yang dapat diperoleh para pengusaha.
Tingginya keberadaan pungli di Indonesia dapat menjadi penghambat bagi para investor untuk menginvestasikan uangnya di Indonesia. Para pemilik modal ini tentu tak mau usaha mereka direcoki oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Apalagi, mereka juga masih harus menghadapi ketidakpastian dalam untung rugi. Keengganan para investor menanamkan modalnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan potensi pembukaan lapangan pekerjaan.
Mirisnya, pungli dilakukan tak hanya kepada usaha besar. Pungli juga dilakukan kepada pelaku usaha kecil. Baru-baru ini ada seorang pengguna Twitter yang sempat menanyakan mengenai 'perizinan' alias biaya pungli yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha kopi keliling di Kota Bekasi. Pengakuan penjual kopi tersebut cukup mengejutkan, karena dia harus membayar pungli tak hanya kepada satu ormas saja, tapi ada empat ormas yang perutnya harus diisi oleh penjual kopi ini.
Besaran yang dibayar penjual kopi ini pun cukup fantastis. Satu bulan dia harus mengeluarkan sekitar 500ribuan hanya untuk membayar para preman begundal ini. Lucunya, polisi dan pemerintah setempat seolah tutup mata terhadap permasalahan ini. Padahal, para preman berkedok ormas ini sangat meresahkan masyarakat dan tak memberikan dampak apapun terhadap perekonomian. Para ormas preman ini hanya menjadi beban bagi negara, dan tak seharusnya diberi tempat di tatanan sosial masyarakat.
Perlu diingat, ini hanya dari satu penjual kopi keliling. Di Kota Bekasi, pasti banyak sekali pengusaha kecil yang ditarik pungli oleh ormas-ormas setempat. Para kepala daerah juga sepertinya takut menindak para ormas preman ini. Sepertinya, para kepala daerah takut jika lumbung suaranya malah terganggu jika menindak ormas preman ini.
0 comments:
Posting Komentar